• Maret 2010
    S S R K J S M
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  
  • Komentar Terbaru

    Mr WordPress pada Hello world!
  • Meta

  • Masukkan alamat surel Anda untuk berlangganan blog ini dan menerima pemberitahuan tulisan-tulisan baru melalui surel.

    Bergabung dengan 9 pelanggan lain

pemakai kacamata yang ingin mencoba/beralih ke softlens

Pertanyaan yang membandingkan ini ternyata masih sering saya terima dari para pengunjung optik saya, terutama pemakai kacamata yang ingin mencoba/beralih ke softlens. Seperti biasa, saya tidak mengemukakan jawaban yang meng-gebyah uyah (menggeneralisir) bahwa softlens lebih bagus dari pada kacamata, atau sebaliknya. Semuanya saya rujukkan pada situasi dan kondisi penanya. Jadi, jawaban yang diterima oleh penanya A belum tentu berlaku untuk penanya B.

Seperti sudah saya tulis di artikel yang ini, kinerja optis lensa kontak (termasuk juga softlens) memang memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan kacamata. Namun ini bukan berarti bahwa softlens merupakan solusi terbaik untuk mengatasi kaburnya penglihatan akibat kelainan refraksi (myopia, hypermetropia, astigmatisme, presbyopia). Penentuan mana yang terbaik, harus mempertimbangkan kondisi yang ada pada penderita kelainan refraksi tersebut.

Softlens akan lebih bagus dari kacamata jika:

  1. Calon pemakai tidak memiliki riwayat alergi, karena dikhawatirkan akan tidak tahan dengan produk-produk kimia yang digunakan dalam perawatan softlens. Jika calon pemakai memiliki riwayat alergi, sebaiknya konsultasikan dahulu dengan dokter spesialis mata, apakah boleh memakai softlens atau tidak.
  2. Belum pernah menjalani operasi mata, terutama yang mengakibatkan perubahan bentuk/kontur kornea. Pemakaian softlens untuk mereka yang pernah menjalani operasi mata sebaiknya sudah mendapat persetujuan dokter yang berkompeten.
  3. Tidak memiliki kelainan bentuk kornea yang terlalu rata/flat (cornea plana) maupun yang terlalu mengerucut (keratoconus). Kedua kelainan bentuk kornea tersebut akan dapat menyebabkan softlens/lensa kontak tidak dapat fit/terpasang secara ideal).
  4. Tidak memiliki kelainan palpebra (kelopak mata) yang mempersulit pemasangan dan pelepasan softlens, atau yang menyebabkan kedudukan softlens tidak ideal.
  5. Tidak bekerja di lingkungan yang berdebu, bersuhu tinggi, atau pun beruap bahan kimia (misalnya di pom bensin, area pengecatan mobil, dll).
  6. Terdapat kasus anisometropia tinggi, yaitu mata kanan dan kiri memerlukan ukuran lensa yang berbeda jauh. Pemakaian softlens dalam kasus ini tentu saja juga harus memenuhi 5 persyaratan di atas.

Jika kelima persyaratan yang disebutkan di atas tidak dapat dipenuhi, maka kacamata akan menjadi solusi yang lebih bagus dari pada softlens. Jika terdapat kasus anisometropia tinggi namun tidak dapat memenuhi kelima persyaratan diatas, maka solusi terbaiknya adalah dengan menjalani operasi LASIK, meskipun untuk itu juga harus memenuhi beberapa persyaratan lagi.

Khusus bagi para pengusaha atau pemilik optik, tentunya akan lebih bagus kacamata dari pada softlens. :-D

Tips Memilih Frame Kacamata Yang Cocok Dengan Bentuk Wajah

Kacamata atau sunglasses meski awalnya diciptakan untuk membantu penglihatan atau melindungi mata dari sinar matahari, namun saat ini kacamata sudah menjadi bagian dari trend mode di dunia fashion. Pemilihan  frame kacamata yang tepat dapat membuat wajah anda terlihat semakin menarik dan semakin modis. Yang terpenting adalah anda harus megetahui  bentuk frame seperti apa yang paling cocok dengan wajah anda. Oleh karena itu, daripada anda harus mencobanya satu persatu seluruh persediaan kacamata yang ada di toko dan akhirnya bingung memustuskan kacamata seperti apa yang cocok dengan anda, ada baiknya membaca tips-tips berikut terlebih dahulu sehingga nantinya anda dengan mudah dapat memilih kacamata atau sunglasses yang terbaik sesuai dengan bentuk wajah anda.

Secara garis besar bentuk wajah manusia dibagi menjadi tujuh jenis wajah yang berbeda, yaitu: Oval, Persegi (Bujur Sangkar), Bulat, Oblong (Persegi Panjang), Segitiga, Hati, dan Diamond. Agar tips ini lebih menarik, kami juga berikan contoh selebriti yang memiliki jenis wajah dimaksud.

Oval

kaca mata - julia roberts 1Julia Roberts Memiliki Wajah Oval

Bentuk wajah oval merupakan bentuk yang ideal karena memiliki proporsi yang seimbang. Area dagu sedikit lebih sempit daripada dahi dan memiliki posisi tulang pipi yang tinggi. Banyak bentuk frame yang sesuai dengan jenis wajah seperti ini. Namun untuk menjaga agar tetap terlihat seimbang, pilih frame kacamata yang sedikit lebih lebar daripada bagian terluas wajah anda. Tips lainnya adalah pilih frame berbentuk persegi  agar sudut wajah terlihat lebih jelas. Hindari frame dengan ukuran terlalu besar.

Wajah Oval Dengan Kaca Mata Bentuk Persegi & Bentuk Lainnya Terlihat Pas Asal Tidak Terlalu BesarWajah Oval Dengan Frame Model Persegi & Bentuk Lainnya Terlihat Pas Asal Tidak Terlalu Besar

Persegi (Bujur Sangkar)

Brad Pitt Memiliki Wajah PersegiBrad Pitt Memiliki Wajah Persegi

Seperti Brad Pitt, wajah persegi memiliki garis rahang yang kuat, dahi lebar, dan dagu persegi sehingga proporsi antara panjang dan lebar muka sama besar. Untuk membuat wajah persegi terlihat lebih panjang dan memberikan efek sudut yang lembut, cobalah model bingkai yang sempit. Bisa juga menggunakan bentuk oval, bundar, butterfly, atau frame dengan temple (lengan kacamata yang menempel pada telinga) menempel di tengah lensa atau berhubungan dengan bingkai bagian atas lensa. Hindari menggunakan kacamata berbentuk kotak karena akan membuat wajah terlihat lebih kaku. Juga hindari temple yang menempel pada bagian bawah bingkai lensa karena akan memberikan penekanan pada area dagu.

Wajah Persegi Dengan Kacamata Bentuk Butterfly, Bingkai Menempel Di Atas Lensa, Atau Temple Menempel Di Tengah Wajah Persegi Dengan Frame Model Butterfly, Bingkai Menempel Di Atas Lensa, Atau Temple Menempel Di Tengah

Bulat

Cameron Diaz Memiliki Wajah BulatCameron Diaz Memiliki Wajah Bulat

Seperti Cameron Diaz, bentuk wajah ini memiliki pipi yang penuh, garis lengkung bulat (tidak bersudut), dan memiliki ukuran yang sama antara panjang dan lebar wajah. Untuk itu, agar wajah bulat terlihat lebih kurus dan panjang, coba gunakan frame dengan bentuk persegi. Anda juga bisa menggunakan frame yang memiliki sudut geometris untuk menajamkan bentuk wajah anda. Atau pilih bentuk frame yang dapat memusatkan perhatian pada area wajah bagian atas seperti frame dengan temple yang terhubung dengan bagian atas dari bingkai lensa. Pilih bentuk bridge (bagian kacamata yang menyangga pada hidung) yang bening agar dapat melebarkan mata anda. Hindari menggunakan frame bentuk bulat karena membuat wajah anda semakin bundar, dan hindari frame yang terlalu besar karena wajah anda akan terlihat semakin pendek.

Wajah Bulat Dengan Frame Bersudut Lancip, Temple Menempel Pada Bingkai Atas, Atau Bentuk PersegiWajah Bulat Dengan Frame Bersudut Lancip, Temple Menempel Pada Bingkai Atas, Atau Model Persegi

Oblong

Denzel Washington Memiliki Wajah OblongDenzel Washington Memiliki Wajah Oblong

Contohnya Denzel Washington, ini adalah bentuk dimana wajah terlihat lebih panjang dibandingkan lebarnya, memiliki garis pipi yang panjang, bahkan juga terkadang memiliki hidung yang panjang. Oleh karena itu, agar wajah terlihat lebih pendek dan seimbang, cobalah untuk memilih bentuk frame yang lebih dalam dan lebar. Gunakan kaca lensa yang lebar. Pilih bentuk temples (lengan kacamata) yang dekoratif atau kontras agar wajah dapat terlihat lebih lebar, atau pilih bridge yang rendah agar wajah terlihat lebih pendek. Hindari bentuk frame yang kecil dan sempit karena semakin memperpanjang bentuk wajah anda.

Wajah Oblong Dengan Kacamata Model Lensa Lebar Atau Dengan Tempel Yang DekoratifWajah Oblong Dengan Frame Model Lensa Lebar Atau Dengan Tempel Yang Dekoratif

Segitiga

Renee Zelweger Memiliki Wajah SegitigaRenee Zelweger Memiliki Wajah Segitiga

Sepert Renee Zelweger, bentuk wajah segitiga memiliki dahi yang sempit serta pipi dan dagu yang lebih lebar. Oleh karena itu, untuk mempertegas bagian atas yang sempit agar terlihat lebih lebar, cobalah frame yang memiliki aksen warna atau detail yang kuat pada bagian tengah sampai ke bagian atas bingkai. Misalnya: bentuk semi rimless (bingkai yang hanya menutupi setengah lensa ke atas), bentuk “cat eye”, atau bingkai dengan bagian atas yang tebal . Hindari bingkai dengan bagian temple yang rendah atau frame yang sempit.

Wajah Segitiga Dengan Frame Model Bingkai Atas Tebal, Cat Eye, Atau Semi RimlessWajah Segitiga Dengan Frame Model Bingkai Atas Tebal, Cat Eye, Atau Semi Rimless

Hati

Jennifer Memiliki Wajah HatiJennifer Memiliki Wajah Hati

Seperti Jennifer Aniston, bentuk wajah hati memiliki bagian yang lebar pada bagian dahi dan tulang pipi dan akan semakin meruncing sampai bagian dagu. Untuk meminimalkan bagian atas wajah yang lebar, cobalah bentuk frame yang lebih tebal pada bagian bawahnya. Bisa juga memilih frame dengan bagian temple yang rendah atau bentuk frame bulat untuk mengurangi area pada dahi. Gunakan frame dengan warna dan bahan material yang ringan, misalnya model frame rimless (lensa tanpa bingkai). Hindari: frame dengan bingkai atas yang tebal atau temple yang memiliki dekorasi, karena membuat wajah bagian atas semakin jadi pusat perhatian dan akan terlihat lebih besar.

Wajah Hati Dengan Frame Model Temple Rendah, Tebal Di Bagian Bawah, Atau RimlessWajah Hati Dengan Frame Model Temple Rendah, Tebal Di Bagian Bawah, Atau Rimless

Diamond

Linda Evangelista Memiliki Wajah DiamondLinda Evangelista Memiliki Wajah Diamond

Seperti Linda Evangelista, bentuk wajah diamond memiliki jarak antara garis rahang dan area mata yang sempit, dan memiliki tulang pipi yang menonjol dengan dagu yang sempit. Oleh karena itu untuk memfokuskan pada area mata dan mengurangi bentuk tulang pipi, cobalah frame yang memiliki garis yang detail dan kuat pada bagian alis seperti model cat eye. Solusi lain adalah frame rimless atau frame oval, agar tulang pipi terlihat lebih bercahaya. Hindari frame dengan model sempit agar batas mata tidak terlihat semakin sempit.

Wajah Diamond Dengan Frame Model Oval, Cat Eye, Atau RimlessWajah Diamond Dengan Frame Model Oval, Cat Eye, Atau Rimless

Semoga tips ini dapat menjadi bekal yang bermanfaat untuk anda, selanjutnya anda bisa berkonsultasi dengan optician di kota anda. Selamat Mencoba!

Kacamata Berembun Untuk Penggila Game Dan Komputer

Kacamata Berembun Untuk Penggila Game Dan Komputer
Jepang memang benar-benar identik dengan inovasi canggih. Kacamata yang terlihat biasa pun bisa dipermak menjadi sebuah gadget canggih oleh perusahaan asal Negeri Sakura itu.

Masunaga Optical Manufacturing — demikian nama perusahaan tersebut — telah menciptakan sebuah kacamata untuk menjawab kebutuhan para penggila game, komputer dan kutu buku.


popsci.com

Pasalnya, ketiga sosok di atas sering bermasalah dengan penglihatan mereka yang kerap kekeringan atau bahasa ilmiahnya mengalami ocular dehydration lantaran terlalu lama terpaku terhadap satu objek.

Kacamata canggih ini bernama ‘Wink Glasses’. Cara kerja alat ini, ketika sensor di dalamnya mendeteksi bahwa pengguna belum berkedip lebih dari 5 detik, maka ia akan mengeluarkan ‘kabut’ dan menghasilkan cairan display kristal yang membuat kacamata menjadi berembun.

Namun setelah itu, dilansir AFP dan dikutip pada hari Rabu (28/10/2009), kacamata seharga 40 ribu Yen atau setara dengan US$ 430 ini akan ‘berkedip’ lagi untuk membuat lensa kacamata bersih seperti semula.

Masunaga memang bukan perusahaan sembarangan. Mereka adalah perusahaan kacamata yang menyokong mantan calon wakil presiden AS Sarah Palin. Atas kerjasama itu pula, perusahaan yang berbasis di Fukui ini menjadi lebih populer.

Pilih Bingkai Kacamata Sesuai Bentuk Wajah

Pilih Bingkai Kacamata Sesuai Bentuk Wajah
kacamata.jpg
Sriwijaya Post – Rabu, 4 November 2009 18:12 WIB

Apapun tujuan penggunaannya, pemilihan kacamata yang tidak tepat dapat memengaruhi bentuk wajah kita secara keseluruhan.

Saat ini, kacamata bisa dikategorikan sebagai aksesoris yang jamak digunakan setiap hari. Apakah tujuannya untuk membantu pengelihatan, melindungi mata dari sengatan matahari, ataupun hanya sekedar gaya. Oleh sebab itu, pemilihan bingkai kacamata yang tepat menjadi sangatlah penting.

Berikut beberapa tips dari Melanie Plouffe, mantan asisten ahli kacamata dalam memilih bingkai yang pas sesuai bentuk wajah kita.

Menurut Plouffe, ada dua hukum dasar yang harus kita perhatikan sebelum membeli kacamata. Pertama, pilihlah bingkai yang mengikuti garis alis alami kita. Dan kedua, pilihlah bingkai yang dapat menyeimbangi (bukan memonjolkan) bentuk muka kita.

Muka bulat. Pilihlah kacamata yang dapat menonjolkan sudut-sudut pada muka kita, seperti bingkai bentuk persegi. Dan, hindari menggunakan bingkai bulat atau kacamata dengan lensa besar yang sedang tren saat ini.

Muka oval atau lonjong. Cobalah berbagai bentuk bingkai kacamata, karena hampir seluruh bentuk bingkai akan terlihat pas bagi orang bermuka oval. Namun, tetaplah jadikan alis kita sebagai bahan pertimbangan dan pilihlah bingkai kacamata yang memiliki bagian atas yang tidak “bertabrakan” dengan alis. Contoh, bagi orang dengan alis lurus. Jangan memilih kacamata dengan bingkai atasnya melebihi garis terluar alis kita.

Muka kotak. Cobalah kacamata yang lebih bulat atau bingkai kacamata dengan sudut yang bulat. Jangan memilih kacamata yang berbentuk kotak atau kacamata plastik yang justru semakin menonjolkan bentuk rahang kita.

Muka bentuk hati. Kita bisa memilih kacamata berbentuk kotak yang tidak terlalu besar dengan bagian atas dan bawah memiliki panjang yang sama. Jangan memilih bingkai dengan sudut miring atau tidak sama panjang.

Frame yang Pas untuk lensa progresif

Maraknya lensa-lensa progresif (Progressive Addition Lens) yang berharga sangat murah (dibanding beberapa tahun lalu) saat ini membuat lensa jenis ini semakin banyak dipilih oleh orang-orang yang sudah mengalami presbyopia, terutama presbyopia pemula yang umurnya kurang dari 50 tahun. Para penderita presbyopia pemula ini kebanyakan masih sangat peduli dengan penampilan sehingga cenderung tidak suka dengan kacamata bifokal yang menunjukkan bahwa pemakainya sudah tua (karena penderita presbyopia biasanya sudah berumur lebih dari 40 tahun).

Berbeda dengan lensa-lensa jenis lain, pelayanan lensa progresif membutuhkan beberapa pengetahuan dan kemampuan khusus yang umumnya hanya dimiliki oleh optisi (tenaga ahli di bidang penanganan kacamata) yang telah mendapatkan pendidikan ophtalmic optic. Sejak dari pemilihan bingkai hingga fitting/pengepasan akhir, pelaksanaannya harus mempertimbangkan aspek-aspek teknis lensa progresif yang lebih kompleks dari pada lensa monofokal maupun lensa bifokal. Sayangnya, hingga saat ini di Indonesia masih sangat banyak pramuniaga optik yang bukan merupakan seorang optisi sebagaimana yang dimaksud di awal paragraf ini. Karena itu seringkali mereka kurang dapat membantu dalam tahap pemilihan bingkai yang benar agar lensa progresif dapat berfungsi dengan optimal. Mereka masih terpaku pada acuan bentuk bingkai yang cocok dengan bentuk wajah atau mungkin bentuk bingkai yang sedang ngetren.

Masih kurangnya jumlah optisi yang berpendidikan khusus (di Indonesia, lembaga pendidikan formalnya saat ini belum ada 20) mungkin merupakan penyebab utama keadaan tersebut. Karena itulah, akan lebih bijaksana jika para peminat atau calon pemakai lensa progresif juga mengetahui bentuk-bentuk bingkai kacamata yang cocok untuk jenis lensa yang diinginkannya.

  1. Ukuran bingkai.
    Ukuran bingkai yang akan berpengaruh terhadap unjuk kerja lensa progresif adalah ukuran rim pada arah vertikal, atau oleh para optisi disebut dengan B-size. Agar lensa progresif memberikan unjuk kerja yang optimal, ukuran ini sebaiknya tidak kurang dari 33mm. Bila menginginkan lebih kecil/sipit dari 33mm, maka harus memilih jenis lensa progresif yang berkoridor pendek (biasanya berharga lebih mahal). Tapi juga sebaiknya tidak kurang dari 26mm. Yang sering kurang diperhatikan adalah di titik manakah pengukuran itu dilakukan? Tempat pengukuran yang benar adalah area di mana zona dekat dari lensa progresif akan ditempatkan. Lihat ilustrasi berikut:
    mengukur bsize untuk lensa progresif
  2. Bentuk bingkai.
    Bingkai yang optimal untuk lensa progresif adalah yang memiliki bagian bawah rim yang cenderung rata atau lurus dalam arah horisontal. Bagian bawah rim yang miring menanjak ke arah pangkal hidung sehingga banyak memotong zona dekat lensa progresif akan membuat area penglihatan dekat menjadi sempit.
    bingkai untuk pal yang oke
  3. Bantalan hidung.
    Pada saat pengepasan, bagian bingkai yang banyak disetel adalah tangkai dan bantalan hidung, jadi pilihlah bingkai yang memiliki bantalan hidung (nosepad) yang mudah disetel. Meski begitu akan sangat bagus jika bingkai yang dipilih memiliki jarak antar nosepad yang tidak berbeda jauh dengan ukuran batang hidung di mana bantalan tersebut akan menempel. Ini untuk menghindari pengubahan bentuk dudukan nosepad yang terlalu ekstrim. Sebaiknya hindari bingkai yang bernosepad permanen (biasanya pada bingkai plastik/seluloit/zyl) sehingga tidak bisa disetel-setel. Kecuali bingkai tersebut bisa dipakai dengan pas pada posisi yang ideal (sesuai dengan persyaratan teknis pemasangan lensa progresif) tanpa perlu penyetelan nosepad lagi.
  4. Bentuk tangkai.
    Sebaiknya tidak memilih bingkai kacamata yang memiliki tangkai berbentuk seperti ini karena kurang dapat memberi kedudukan kacamata yang stabil. Ketidakstabilan posisi kacamata akan sangat mempengaruhi unjuk kerja lensa progresif, terutama ketika dipakai untuk melihat jarak menengah dan dekat. Jika tetap menginginkan tangkai yang seperti itu karena sedang ngetren, pilihlah yang ujung belakangnya memiliki lapisan karet yang dapat membangkitkan friksi untuk menahan agar kacamata tidak mudah merosot.
  5. Kemiringan rim pada saat dipakai.
    Pemasangan lensa progresif pada umumnya sangat menyarankan posisi lensa yang sedikit miring ke bawah (pantokospik). Bingkai kacamata yang tidak terlalu tebal biasanya bisa disetel untuk dapat memberikan posisi demikian. Namun, ada beberapa bingkai kacamata yang sangat kaku karena konstruksi maupun ketebalannya, sehingga tidak dapat disetel-setel lagi. Jika bingkai yang disukai kebetulan bersifat seperti itu, pastikan bingkai tersebut pada saat dipakai dapat memberikan posisi lensa sebagaimana yang dipersyaratkan. Jika tidak, sebaiknya pilih bingkai yang lain.pantokospik

Sepertinya, filosofi “untuk mendapatkan hasil yang baik, mulailah dengan awalan yang baik” berlaku untuk kacamata progresif ini.

http://www.optiknisna.info

Kacamata Gumpil… Gimana?

Sepertinya, masih cukup banyak praktisi kacamata yang kurang tahu (atau kurang peduli?) mengapa lensa kacamata bisa tiba – tiba mengalami kerusakan kecil (gompel/geripis) pada bagian pinggirnya. Dari dulu (awal-awal saya berkecimpung di bidang kacamata) hingga sekarang (beberapa belas tahun kemudian), kok ya masih saja saya mendapati adanya beberapa kacamata yang mengalami kejadian seperti itu.
Dulu, ketika kacamata model setengah bingkai belum begitu ngetren dan lensa kaca masih mendominasi pemilihan lensa kacamata, kejadian rusaknya pinggir lensa seperti itu mudah dijumpai pada kacamata berbingkai separuh (halfrim, setengah bingkai) maupun yang berbingkai penuh (fullrim). Akhir – akhir ini, kerusakan pinggir lensa tersebut lebih banyak saya jumpai pada kacamata jenis setengah bingkai, baik yang berlensa kaca maupun yang berlensa plastik. Mungkin karena saat ini kacamata setengah bingkai sedang ngetren, serta lebih banyak orang yang memilih lensa plastik dari pada lensa kaca yang berat itu. Lantas, apa sebenarnya yang menyebabkan lensa kacamata bisa tiba – tiba gompel pada pinggirnya?
Inti penyebab gompel/geripisnya pinggiran lensa kacamata adalah karena adanya tekanan yang tidak mampu ditahan oleh pinggiran lensa kacamata tersebut. Timbulnya tekanan berlebih tersebut bisa disebabkan oleh beberapa hal (di luar faktor insiden/kecelakaan) yang kesemuanya bermula dari proses pembuatan kacamata. Kita akan bahas yang terjadi pada kacamata berbingkai penuh atau fullrim lebih dulu.

  1. Pada kacamata jenis fullrim ini, lensa dipegang oleh rim yang dapat dibuka-tutup dengan tautan berbaut. Di sepanjang rim bagian dalam terdapat alur berbentuk V yang berfungsi untuk mengunci/menjaga agar lensanya tidak mudah terlepas. Jadi, agar dapat berpasangan dengan alur itu, pinggiran lensa juga harus dibuatkan nok atau tonjolan yang mestinya berbentuk meruncing serta sudutnya tidak lebih besar dari sudut alur V-nya.
    rim kacamata
    Timbulnya tekanan berlebih yang mengakibatkan gompel dapat terjadi jika penggosokan pinggir lensa belum benar – benar pas (ukuran lensa masih lebih besar dari pada ukuran rim, ditandai dengan masih adanya celah pada ujung – ujung tautan rim) dan disertai dengan sudut nok/bevel yang lebih besar dari pada sudut alur V pada rim.
  2. Adanya bentuk – bentuk lekukan pada lensa yang lebih tajam dari pada bentuk lekukan pada rim juga berpotensi menimbulkan tekanan berlebih yang mengakibatkan gompelnya lensa pada bagian tersebut.
    lekuk lensa lebih tajam
  3. Adanya bagian – bagian bingkai kacamata (biasanya bridge, guard arm, end piece) yang menonjol masuk ke area rim. Bila tonjolan ini luput dari perhatian praktisi kacamata dan tidak diperbaiki atau dibuatkan kompensasi, maka ia dapat mendesak pinggir lensa yang berada di bagian tersebut dan mengakibatkan kegompelan.
    bagian yang menonjol
  4. Akhir – akhir ini muncul model bingkai fullrim yang tidak memiliki alur V. Untuk mengunci/memegang lensa, maka sebagian dari bilah rim masuk ke pinggiran lensa yang dibuat beralur. Jika alur pada pinggir lensa tersebut profilnya kurang bagus, kurang dalam atau kurang lebar, maka pinggiran lensa akan sangat mudah gompel. Untuk bingkai seperti ini, penggunaan lensa plastik sangat disarankan.
    rim tanpa alur

Untuk kegompelan yang terjadi pada kacamata berbingkai setengah, akan dibahas pada bagian ke dua dari artikel ini.

Yang dimaksud dengan kacamata setengah bingkai dalam artikel ini adalah

kacamata yang menggunakan bingkai jenis nylon supra.

.

Bila di bagian pertama artikel ini kita membahas gompelnya lensa pada kacamata model bingkai penuh, kali ini akan kita bahas yang terjadi pada kacamata model setengah bingkai. Sebenarnya, bingkai model setengah ini ada dua macam yang dibedakan menurut pemasangan lensanya. Model yang pertama, pemasangan lensanya dengan cara disekrup pada bagian nasal (dekat hidung) dan temporal (dekat pelipis). Model yang satunya lagi, pemasangan lensanya menggunakan tali nylon yang melingkari separuh bagian lensa yang tidak menempel ke bingkai. Yang kedua ini yang akan kita bicarakan.
Pada kacamata jenis setengah bingkai yang ini, rim atasnya memiliki nok/tonjolan untuk mengunci agar lensa tidak bergeser keluar rim dan terlepas. Nok ini kebanyakan merupakan bagian tambahan yang bisa dilepas, terbuat dari bahan nylon berbentuk seperti dua utas tali yang menyatu di kedua sisi panjangnya. Namun, ada juga yang noknya terbuat dari metal dan merupakan kesatuan tak terpisahkan dari rim. Agar lensa dapat dipasang pada bingkai ini, sepanjang pinggiran lensa harus dibuat alur (groove). Sebagian dari panjang alur akan berpasangan dengan nok pada rim, sebagian lagi akan berpasangan dengan tali nylon yang akan menggantung lensa.
halfrim
Sebagaimana pada kacamata berbingkai penuh, pada bingkai jenis ini juga ada beberapa penyebab yang dapat menimbulkan kegompelan secara tiba – tiba pada lensanya.

  1. Pembuatan alur pada pinggir lensa terlalu dalam. Ini akan menghasilkan adanya bidang/dinding tipis (terutama pada lensa – lensa yang tipis) yang tidak cukup kuat menahan tekanan, terutama di bagian lensa yang bersinggungan dengan rim. Biasanya kegompelan terjadi di area yang bersinggungan dengan rim.alur terlalu dalam
  2. alur terlalu sempitAlur terlalu sempit dan dalam. Pada rim yang noknya terbuat dari metal, biasanya lensa akan langsung gompel pada saat pemasangan lensa. Pada rim yang noknya terbuat dari nylon, kegompelan biasanya justru terjadi di area yang diselipi tali nylon, terutama di sudut – sudut lekukan. Ini bisa terjadi jika lebar alur lebih kecil dari pada diameter tali nylon.
  3. alur VAlur yang membentuk profil V lebih berpotensi terjadi geripis (gompel kecil – kecil), terutama di bagian lensa yang tipis, dari pada alur yang membentuk profil U. Ini karena alur profil V akan membentuk ujung runcing/tipis yang tidak cukup kuat menahan tekanan bagian rim. Meski begitu, kegeripisan bukan hanya bisa terjadi di sisi alur yang bersinggungan dengan rim namun juga bisa terjadi di bagian yang tidak bersinggungan dengan rim.
  4. Seperti yang terjadi pada kacamata berbingkai penuh, bentuk lekukan pinggir lensa yang lebih tajam dari pada lekukan rim juga dapat menimbulkan gompelnya pinggir lensa dibagian tersebut. Tapi ini agak jarang terjadi, kecuali lensanya memakai lensa kaca disertai kondisi tali nylon yang terlalu tegang.
  5. Bagian – bagian bingkai (bridge, guard arm, end piece) yang terlalu menonjol ke area rim juga bisa menyebabkan pinggir lensa yang bersinggungan dengan bagian tersebut sangat tertekan dan menjadi gompel.
  6. Pemakaian lensa berbahan kaca untuk bingkai model separuh ini memiliki resiko gompel yang lebih tinggi dari pada pemakaian lensa berbahan plastik. Apalagi ditambah dengan faktor – faktor penyebab seperti yang diuraikan di atas. Karena itu, kacamata dengan model seperti ini sangat disarankan untuk memakai lensa plastik.

Gompel/geripisnya pinggir lensa memang tidak akan terlalu mengganggu fungsi utama kacamata sehingga bagi beberapa orang hal tersebut tidak terlalu menjadi ganjalan. Namun, bagi pemakai kacamata yang peduli dengan fungsi estetis kacamata, kerusakan pinggir lensa tersebut akan menimbulkan kekecewaan yang mengganjal perasaan.

http://www.optiknisna.info

Kacamata Bifokal, Letak Bagian Bacanya Nggak Simetris..

Tulisan ini terinspirasi (ciee..) oleh pengalaman waktu masih numpang ngobyek di perusahaan mertoku. Ada pasien saya yang komplain mengenai letak/posisi segmen baca yang tidak sama antara lensa kanan dan kiri pada kacamata bifokalnya. posisi segmen baca tidak simetris Inilah penjelasan yang dahulu saya sampaikan kepadanya :

Pemasangan lensa kacamata, sebisa mungkin pusat optik lensa (OC, Optical Centre) akan ditempatkan tepat pada sumbu aksial (gampangnya, garis pandang) bola mata untuk menghindari efek prismatik (terutama pada arah horisontal) yang terjadi. Untuk keperluan tersebut, ahli Refraksi Optisi akan mengukur jarak pupil (PD, Pupil Distance) mata calon pemakai kacamata. Jadi, jarak pusat optik lensa kacamata sebelah kanan dan sebelah kiri, mustinya sama dengan hasil pengukuran PD tersebut.
Oohh… jadi ketidak simetrisan tersebut terjadi karena kesalahan dalam pemasangan lensanya ya? Yang masang kurang becus? ‘Bentaaarr… jangan berburuk sangka dulu laah.. penjelasannya belum selesai nih. Lanjut ya..

Dalam melakukan pengukuran tersebut, kebanyakan praktisi optik akan melakukannya dengan metode binokuler, yaitu hanya mengukur jarak antara pupil mata kanan ke pupil mata kiri.
pd binokuler
Namun, ahli Refraksi Optisi yang teliti dan cukup advanced, akan melakukannya dengan metode monokuler, yaitu mengukur jarak pupil masing – masing mata terhadap garis medial wajah (garis maya vertikal yang dibayangkan membagi wajah tepat pada tengah hidung).
pd monokuler
Pengukuran dengan metode ini dilakukan karena adanya fakta bahwa jarak pupil masing – masing mata terhadap garis tengah hidung belum tentu sama, sebagaimana belum tentu simetrisnya bentuk anatomi wajah maupun tubuh kita. Dus, hasil pengukurannya bisa saja berbeda antara mata kanan dan kiri.
Jika pemasangan lensa kacamata mengacu pada hasil pengukuran PD secara binokuler, maka letak pusat optik lensa kanan dan kiri terhadap titik tengah bingkai/frame kacamata akan berjarak sama, yaitu PD/2. Letak pusat optik segmen bacanya pun (jika lensanya jenis bifokal, trifokal atau multifokal) demikian pula, sehingga terlihat simetris.
Jika pemasangan lensa kacamata mengacu pada hasil pengukuran PD secara monokuler, yang kebetulan memang terdapat perbedaan jarak pupil (terhadap garis tengah hidung) antara mata kanan dan kiri, maka letak pusat optik lensa kanan dan kiri terhadap titik tengah frame/bingkai kacamata juga akan berjarak tidak sama. Jika lensa yang dipasang adalah jenis bifokal, trifokal, atau multifokal, maka letak segmen bacanya pun juga akan tidak sama, sehingga nampak tidak simetris.

Kalau begitu, letak pusat optik lensa atau pun segmen baca yang tidak simetris menandakan bahwa kacamata tersebut dibuat dengan mengacu pada PD monokuler ya? Belum tentu juga. Bisa saja terjadi kesalahan pemasangan akibat kurang trampilnya praktisi yang mengerjakan. Untuk tahu persis kacamata tersebut dibuat berdasarkan PD binokuler atau monokuler, bisa melakukan pengukuran sendiri, tapi rada ribet. Silahkan datang ke optik dan minta tolong untuk diukur PD secara monokuler. Minta tolong juga untuk menandai letak pusat optik lensa kacamata anda. Lalu, dengan menggunakan mistar, ukur jarak titik – titik tanda tersebut terhadap garis tengah frame kacamata tersebut. Kalau hasilnya menunjukkan ada kesamaan dengan pola ukuran PD monokuler anda, berarti kacamata tersebut dibuat dengan mengacu pada PD monokuler. Cara yang termudah adalah membawa kacamata anda dan menanyakannya ke ahli Refraksi Optisi di optik yang bisa dipercaya.
Mau datang ke optik saya? Silahkan.. silahkan..

http://www.optiknisna.info/kacamat-bifokal-letak-bagian-bacanya-nggak-simetris.html

Ukuran Frame kacamata

Ibarat baju, kalo kita mau beli kan ada ukurannya tuh, XL, L, M, S atau bahkan yang di luar itu. Nah begitu juga kacamata ada juga ukurannya.

Di samping ukuran ini untuk bisa nyaman di pakai sesuai dengan besar kecil kepala kita, yang lebih penting lagi adalah ukuran itu untuk penentuan titik fokus dari lensa yang akan di pasang sehingga fokus lensa kacamata persis lurus dengan axial mata atau fokus mata kita.

Coba anda perhatikan kacamata anda ( kalo punya) ada tulisan 55 – 20 / 140, misalnya.

Apa itu artinya?
Angka 55 berarti panjang Rim atau Lens Size yang di hitung secara horisontal .
Angka 20 berarti panjang Bridge ( jembatan antara lensa kanan dan lensa kiri)
Angka 140 artinya panjang temple dari engsel sampai ujung temple.

Tanda atau angka itu biasanya ada di bagian temple sebelah dalam, di bridge, di ujung temple, di nosepade untuk frame plastik.

Data ukuran frame sangat penting dalam penentuanDiameter lensa yang akan dipergunakan,Selain data dari PD pemakai dan diagonal frame.

Misalnya, Size frame = 50 mm, bridge = 17, panjang temple = 135
PD = 62, diagonal frame = 60 mm.
Maka:

1. Mencari DV ( PD frame ):
DV = size frame + bridge size
50 mm + 17 mm
= 67 mm
2. Mencari diameter lensa
Diameter lensa = DV – PD pemakai + Diagonal frame
= 67 – 62 + 60
= 5 + 60
= 65 mm
Jadi diameter lensa yang bisa digunakan / diorder tanpa
Desentrasi adalah 65 mm.

Fitting Kaca Mata

Mungkin selama ini yang umum diketahui hanya urusan pesan baju/pakaian ke modiste atau desainer yang sering menggunakan istilah fitting. Eits.. kita bukan ngomongin soal lampu listrik lho ya. :-) Yak.. benar.. kita mau ngomongin soal pengepasan. Jadi, agar kacamata dapat nyaman dan berfungsi optimal saat dipakai, ia juga butuh fitting yang baik.
Ini adalah bagian – bagian bingkai/frame kacamata yang biasa disetel dalam proses fitting :
bagian - bagian frame
Sebelum bingkai kacamata dicobakan kepada calon pemakai, seyogyanya dilakukan penyetelan standar terlebih dahulu. Penyetelan standar ini meliputi:
1. Penyetelan kesejajaran bingkai.

  • Empat titik sentuh pada bidang rata.
    Pada saat bingkai kacamata diletakkan pada permukaan yang rata (betul – betul rata) dengan semua tangkai dalam posisi terbuka penuh, harus ada empat titik yang menyentuh permukaan bidang rata tersebut. Lihat ilustrasi ini:
    cek frame sejajar
  • Empat titik sentuh di bagian belakang rim.
    Ini adalah penyetelan untuk menyeragamkan jarak kedua lensa kacamata ke bola mata. Pengecekan dilakukan dengan menggunakan sebatang mistar yang ditempatkan di belakang rim dengan posisi seperti ilustrasi ini:
    cek frame sejajar
    Jika PD pemakai sama dengan PD bingkai kacamata, maka penyetelan mestinya menghasilkan 4 titik sentuh di bagian belakang rim seperti pada ilustrasi di atas. Empat titik sentuh itu tidak berlaku jika PD pemakai tidak sama dengan PD bingkai kacamata (umumnya PD pemakai < PD frame/bingkai kacamata), namun, celah antara rim di titik – titik 2 dan 3 ke tepi mistar harus sama. Lihat ilustrasi yang ini:
    cek frame sejajar
  • X-ing atau puntiran.
    Disebut x-ing karena posisi rim kanan dan rim kiri saling terpuntir pada bridge (jembatan yang menghubungkan rim kiri dan kanan) sehingga jika bingkai kacamata dilihat dari samping, kedua rim tersebut seolah – olah membentuk huruf X, seperti ilustrasi ini:
    cek frame sejajar
    Keadaan tersebut harus dibetulkan dengan menyetel agar kedua rim tersebut tidak lagi nampak membentuk huruf X.
  • Kesimetrisan bentuk.
    cek frame simetris

2. Penyetelan sudut bukaan tangkai (shank).
Bukaan tangkai kacamata disetel membentuk sudut 90° – 95° terhadap garis maya horisontal yang ditarik antara endpiece kanan ke endpiece kiri.
cek frame simetris

3. Penyetelan sudut formface.
Sudut formface atau disebut juga sudut liputan wajah adalah sudut yang terbentuk oleh kedudukan rim pada arah horisontal terhadap garis maya horisontal yang ditarik antara endpice kanan ke endpice kiri. Sudut yang besarnya berkisar antara 0° s/d 4° ini harus sama pada rim kanan maupun rim kiri.
atur formface

4. Penyetelan awal pada bantalan hidung (nosepad).
Kebanyakan bingkai kacamata yang berbahan sintetis mempunyai nosepad permanen yang sangat sulit (nyaris tidak bisa) untuk disetel, jadi, penyetelan ini lebih ditujukan untuk jenis bingkai kacamata yang memiliki adjustable nosepad. Ciri – ciri nosepad yang dapat disetel adalah memiliki tangkai nosepad (guard arm). Penyetelan awal ini bertujuan agar bidang rata/permukaan nosepad dapat duduk rata (ngeplek) pada permukaan hidung pemakai. Untuk ini, dilakukan 3 langkah penyetelan dengan cara merubah – rubah tekukan guard arm, yaitu:

  • Menyetel sudut depan (front angle).
    sudut depan nosepad
  • Menyetel sudut vertikal (vertical angle).
    sudut vertikal nosepad
  • Menyetel sudut splay (splay angle).
    sudut splay nosepad

Setelah proses dispensing (pemasangan lensa pada bingkai kacamata), perlu dilakukan cek ulang terutama mengenai kesejajaran dan kesimetrisan bentuk bingkai karena ada kemungkinan terjadi perubahan setelan pada saat proses dispensing. Banyak praktisi yang melakukan penyetelan standar hanya pada saat sesudah proses dispensing, tapi ini akan dapat menimbulkan beberapa masalah, terutama untuk kacamata dengan lensa berdioptri tinggi, lensa bifokal maupun lensa multifokus (progresif).